Uji Kompetensi merupakan syarat lulus untuk mahasiswa D3 Keperawatan, oleh karena itu kita perlu mengetahui contoh soal ukom d3 keperawatan agar memiliki gambaran soal yang akan muncul di ukom.
Perlu diketahui dalam uji kompetensi D3 Keperawatan, kita akan mengerjakan soal pilihan ganda dengan jumlah keseluruhan soal adalah 180 soal pilihan ganda dan diberi wakut 180 menit untuk mengerjakan soal tersebut.
Materi uji kompetensi D3 Keperawatan berdasarkan area keilmuannya terdiri dari medikal bedah, maternitas, anak, jiwa, keluarga, gerontik, gadar, komunitas, hingga manajemen keperawatan.
Pembagian soal masing-masing keilmuan telah diatur pada blueprint ukom d3 keperawatan. Pelajari lebih lanjut blueprint tersebut.
Mari kita langsung saja ke contoh soal dan pembahasan uji kompetensi d3 keperawatan
Contoh Soal UKOM D3 Keperawatan Serta Jawaban dan Pembahasan
Soal 1: Seorang perawat mengunjungi sebuah posyandu dan mendapati hasil penimbangan balita menunjukkan bahwa 35% dari balita berada di pita kuning pada KMS. Melalui wawancara dengan para ibu balita, diketahui bahwa anak-anak mereka cenderung sulit makan dan lebih sering mengonsumsi jajanan. Para ibu tidak menyediakan makanan khusus untuk balita dan kurang memahami variasi makanan yang tepat. Intervensi utama apa yang sebaiknya dilakukan oleh perawat?
a. Rujuk ke Puskesmas
b. Berikan penyuluhan tentang gizi balita
c. Berikan penyuluhan tentang pertumbuhan balita
d. Berikan penyuluhan tentang cara mengolah makanan yang baik
e. Berikan penyuluhan tentang pertumbuhan dan perkembangan balita
Jawaban dan Pembahasan
Kata Kunci 🡪 balita berada di pita kuning pada KMS, balita sulit makan dan sering mengonsumsi jajanan, Ibu tidak menyediakan makanan khusus untuk balita dan kurang memahami variasi makanan balita.
Jawaban: b. Berikan penyuluhan tentang gizi balita.
Sumber: Riasmini, M. (2017). Panduan Asuhan Keperawatan: Individu, Keluarga, Kelompok, dan Komunitas dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, dan NIC di Puskesmas dan Masyarakat, Hal. 128. Jakarta: Penerbit UI.
Soal 2: Berdasarkan hasil survei kesehatan di sebuah kelurahan, didapatkan data sebagai berikut: dari 100 responden, 54% anak menderita ISPA, 12% tidak memiliki imunisasi lengkap, dan 2% menderita TBC. Selain itu, 34% responden memiliki pengetahuan gizi balita yang rendah, 39% menunjukkan perilaku yang kurang baik dalam pemenuhan gizi balita, 34% memiliki perilaku kurang baik terkait penyakit infeksi, dan 44% menunjukkan rendahnya kunjungan ke posyandu. Masalah keperawatan utama apa yang paling tepat pada kasus di atas?
a. Koping ibu-ibu balita tidak efektif
b. Pola pemberian nutrisi tidak efektif
c. Perilaku pencarian pelayanan kesehatan tidak efektif
d. Risiko peningkatan penyakit infeksi (ISPA, TBC, diare)
e. Defisiensi pengetahuan dan keterampilan tentang kesehatan balita
Jawaban dan Pembahasan
Kata Kunci 🡪
DO: 54% anak menderita ISPA, 12% imunisasi tidak lengkap, 2% menderita TBC, 34% memiliki perilaku kurang baik terkait penyakit infeksi
Data ini mendukung masalah peningkatan penyakit infeksi.
Jawaban: d. Risiko peningkatan penyakit infeksi (ISPA, TBC, diare)
Sumber: Riasmini, M. (2017). Panduan Asuhan Keperawatan: Individu, Keluarga, Kelompok, dan Komunitas dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, dan NIC di Puskesmas dan Masyarakat, Hal. 128. Jakarta: Penerbit UI.
Soal 3: Hasil pengkajian perawat di sebuah RW menunjukkan bahwa 34% penduduk usia produktif mengeluhkan gejala seperti pusing dan leher kaku, serta 50% dari mereka memiliki kebiasaan mengonsumsi ikan asin hampir setiap hari, tidak ada pantangan terhadap makanan, dan jarang berolahraga. Masalah keperawatan utama apa yang paling tepat pada kasus di atas?
a. Kesiapan untuk meningkatkan pengetahuan
b. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
c. Ketidakefektifan manajemen kesehatan
d. Defisiensi pengetahuan masyarakat
e. Perilaku kesehatan cenderung berisiko
Jawaban dan Pembahasan
Jawaban E
Jawaban “e. Perilaku kesehatan cenderung berisiko” dipilih karena data yang ditemukan menunjukkan adanya keluhan fisik seperti pusing dan leher kaku, yang dapat menjadi indikasi awal hipertensi. Meskipun demikian, masyarakat tetap memiliki kebiasaan konsumsi ikan asin secara rutin, tidak memiliki pantangan terhadap makanan, dan jarang berolahraga. Pola perilaku ini berisiko memperburuk kondisi kesehatan mereka, khususnya terkait dengan hipertensi, yang seharusnya diimbangi dengan perilaku hidup sehat seperti diet rendah garam dan aktivitas fisik teratur. Oleh karena itu, perilaku kesehatan yang cenderung berisiko menjadi masalah keperawatan utama dalam kasus ini.
Sumber:
Riasmini, M. (2017). Panduan Asuhan Keperawatan: Individu, Keluarga, Kelompok, dan Komunitas dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, dan NIC di Puskesmas dan Masyarakat, Hal. 128. Jakarta: Penerbit UI.
Referensi Tambahan:
WHO. (2013). A Global Brief on Hypertension: Silent Killer, Global Public Health Crisis. World Health Organization.
Kemenkes RI. (2019). Pedoman Pengendalian Hipertensi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Soal 4: Seorang lansia berusia 76 tahun di panti wreda merasa sedih karena mengingat dosa masa lalunya. Lansia tersebut sering terlihat murung dan termenung. Perawat kemudian menganjurkan lansia untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa, beribadah, berdoa, dan meyakini bahwa dosanya akan diampuni. Pendekatan yang dilakukan oleh perawat adalah …
a. Pendekatan secara biologis
b. Pendekatan dengan rasa simpati
c. Pendekatan secara spiritual
d. Pendekatan dengan rasa empati
e. Pendekatan secara psikologis
Jawaban dan Pembahasan
Jawbaan C
Lansia yang tampak murung mengalami perasaan bersalah akibat perbuatan masa lalunya. Untuk membantu mengatasi masalah ini, perawat memberikan intervensi dengan menguatkan dan memotivasi lansia untuk memperbanyak ibadah. Pendekatan yang dilakukan oleh perawat ini termasuk dalam pendekatan spiritual.
Pendekatan spiritual adalah metode yang digunakan untuk membantu individu mengatasi masalah yang berkaitan dengan makna hidup, keyakinan, dan hubungan dengan Tuhan atau kekuatan yang lebih tinggi. Dalam kasus ini, lansia mengalami kesedihan yang mendalam akibat rasa bersalah terhadap dosa masa lalunya. Dengan mendorong lansia untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa dan memperbanyak ibadah, perawat membantu lansia menemukan kedamaian batin dan mengurangi rasa bersalahnya. Pendekatan ini tidak hanya menyentuh aspek psikologis tetapi juga membantu lansia dalam menemukan makna dan tujuan hidup melalui spiritualitas.
Soal 5: Seorang lansia berusia 74 tahun di panti wredha mengeluhkan kesulitan buang air besar (BAB) dan sudah 2 hari tidak BAB. Lansia tersebut juga mengalami kesulitan menelan makanan karena nyeri tenggorokan, meskipun makan dan minum seperti biasa. Perawat kemudian menyediakan makanan lunak dan buah papaya untuk membantu lansia. Evaluasi kriteria hasil dari intervensi perawat adalah:
a. Selera makan lansia meningkat
b. Nyeri tenggorokan berkurang
c. Lansia mau makan makanan lunak
d. Lansia mampu menelan makanan lunak
e. Lansia BAB dengan mudah dan rutin sekali sehari
Jawaban dan Pembahasan
Jawaban: e. Lansia BAB dengan mudah dan rutin sekali sehari
Pembahasan:
- Masalah Utama: Lansia tidak mampu BAB dengan lancar.
- Intervensi Perawat: Memberikan makanan lunak dan buah papaya yang tinggi serat untuk membantu memperlancar proses BAB.
Evaluasi Hasil:
Hasil evaluasi harus fokus pada penyelesaian masalah utama, yaitu kesulitan BAB. Oleh karena itu, jawaban yang tepat adalah “Lansia BAB dengan mudah dan rutin sekali sehari.”
Pilihan Lainnya:
- Lansia mau makan makanan lunak: Tidak menyelesaikan masalah BAB itu sendiri.
- Lansia mampu menelan makanan lunak: Tidak relevan dengan masalah utama yang berhubungan dengan BAB.
- Selera makan lansia meningkat: Tidak relevan dengan masalah utama kesulitan BAB.
- Nyeri tenggorokan berkurang: Tidak langsung menyelesaikan masalah kesulitan BAB.
Soal 6: Seorang pria berusia 38 tahun datang ke poliklinik paru dan sedang menjalani pengobatan untuk tuberkulosis (TBC). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pasien memiliki riwayat merokok dan sering meludah sembarangan. Mengingat pasien tinggal bersama istri yang sedang hamil dan seorang anak balita, perawat menganjurkan agar pasien berhenti merokok dan meludah pada tempatnya. Prinsip etik apa yang diterapkan oleh perawat dalam kasus ini?
a. Fidelity
b. Autonomy
c. Beneficence
d. Confidentiality
e. Non-maleficence
Jawaban dan Pembahasan
Jawaban: c. Beneficence
Pembahasan:
Prinsip Beneficence berfokus pada tindakan yang bertujuan untuk melakukan kebaikan dan memberikan manfaat bagi orang lain. Dalam kasus ini, perawat menganjurkan pasien untuk berhenti merokok dan meludah sembarangan untuk melindungi kesehatan istri yang sedang hamil dan anak balita. Langkah ini diambil untuk mencegah bahaya potensial yang dapat timbul dari kebiasaan merokok dan meludah sembarangan, sehingga memenuhi prinsip beneficence yang menekankan pada memberikan manfaat dan mengurangi risiko bahaya kepada pasien dan orang di sekitarnya.
Kata kunci yang menjadikan jawaban “c. Beneficence” adalah:
- Pengobatan TBC
- Kebiasaan merokok dan meludah sembarangan
- Tinggal bersama istri hamil dan anak balita
- Anjuran untuk berhenti merokok dan meludah pada tempatnya
Kata kunci ini menunjukkan bahwa perawat menerapkan prinsip beneficence dengan memberikan saran yang bertujuan untuk melindungi kesehatan orang lain dan memberikan manfaat bagi pasien serta anggota keluarganya.
Soal 7: Seorang perempuan berusia 35 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosis tifoid. Pasien mengeluh kurang nafsu makan karena makanan yang disediakan dalam bentuk padat menyebabkan perutnya sakit lagi. Perawat kemudian menginformasikan kepada ahli gizi untuk menggantikan menu pasien.
Apakah peran yang telah dilakukan oleh perawat tersebut?
a. Pelaksana
b. Advokat
c. Kolaborator
d. Konsultan
e. Pendidik
Jawaban dan pembahasan
Jawaban: c. Kolaborator
Pembahasan:
Peran perawat dalam kasus ini adalah sebagai kolaborator. Perawat bekerja sama dengan ahli gizi untuk menyesuaikan menu makanan pasien sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kesehatan pasien. Kolaborasi ini menunjukkan bahwa perawat berperan dalam mengoordinasikan perawatan dan memastikan bahwa pasien mendapatkan makanan yang sesuai agar proses penyembuhan berjalan dengan baik. Perawat tidak hanya bertindak secara individual tetapi juga berkolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya untuk mencapai hasil yang optimal untuk pasien.
Soal 8: Seorang perempuan berusia 35 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan diagnosis tuberkulosis paru. Pasien mengeluh batuk dan kesulitan mengeluarkan sekret. Frekuensi pernapasan pasien adalah 22 x/menit, dan auskultasi menunjukkan bunyi ronchi pada paru kanan dan kiri.
Manakah luaran keperawatan yang sesuai untuk pasien tersebut?
A. Bersihan jalan napas positif
B. Bersihan jalan napas efisien
C. Bersihan jalan napas efektif
D. Bersihan jalan napas membaik
E. Bersihan jalan napas meningkat
Jawaban dan Pembahasan
Kunci Jawaban: C. Bersihan jalan napas efektif
Pembahasan:
Kata kunci dalam kasus ini meliputi diagnosis tuberkulosis paru, gejala batuk, kesulitan mengeluarkan sekret, frekuensi pernapasan 22 x/menit, dan adanya bunyi ronchi pada paru. Luaran keperawatan yang sesuai untuk kondisi ini adalah bersihan jalan napas efektif, yang menandakan bahwa intervensi yang dilakukan berhasil membantu pasien dalam mengelola dan membersihkan jalan napas mereka secara efektif.
Referensi: PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP-PPNI.
Soal 9: Seorang perempuan berusia 65 tahun datang ke rumah sakit dan didiagnosis dengan penyakit jantung koroner. Pasien mengeluh nyeri dada saat beraktivitas, berkeringat dingin, mual, dan pusing. Perawat memutuskan untuk melakukan pemeriksaan EKG.
Setelah menyalakan mesin EKG dan menganjurkan pasien untuk bernafas normal dan tidak berbicara, apa tindakan selanjutnya dalam kasus ini?
A. Mengatur posisi pasien
B. Menyalakan mesin EKG
C. Memasang elektroda dada
D. Melakukan perekaman jantung
E. Meminta pasien untuk tidak bergerak
Jawaban dan Pembahasan
Kata kunci untuk menjawab pertanyaan pada kasus tersebut adalah bahwa perawat akan melakukan pemeriksaan EKG. Setelah menyalakan mesin EKG dan menganjurkan pasien untuk bernafas normal dan tidak berbicara, langkah selanjutnya adalah melakukan perekaman jantung.
Referensi: PPNI (2021). Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan, Ed. 1. Jakarta: DPP PPNI.
Soal 10: Seorang laki-laki berusia 37 tahun dirawat dengan keluhan sesak napas selama 2 hari. Hasil pemeriksaan menunjukkan suara tambahan pada lapang paru, sekret tertahan, napas cepat dangkal, capillary refill > 3 detik, sianosis, dan frekuensi pernapasan 33 x/menit. Perawat mengidentifikasi masalah keperawatan sebagai gangguan pertukaran gas.
Apakah pemeriksaan penunjang yang tepat untuk pasien tersebut?
A. Rontgen
B. Elektrolit
C. Leukosit
D. Analisis gas darah
E. Laju endap darah
Jawaban dan Pembahasan
Kata kunci pada pasien dengan gangguan pertukaran gas meliputi tanda-tanda seperti sesak napas, suara tambahan pada lapang paru (ronki), napas cepat dangkal, capillary refill > 3 detik, sianosis, dan frekuensi pernapasan di atas normal. Dengan adanya gejala tersebut, pemeriksaan penunjang yang tepat untuk menilai gangguan pertukaran gas adalah analisis gas darah.
Referensi: Angelina, B. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Ed. 5, Vol. 2. (M. T. Iskandar, Ed.) EGC MEDICAL.
Soal 11: Seorang perempuan berusia 65 tahun datang ke rumah sakit dan didiagnosis dengan penyakit jantung koroner. Pasien mengeluh nyeri dada saat beraktivitas, berkeringat dingin, mual, dan pusing. Perawat memutuskan untuk melakukan pemeriksaan EKG dan sudah mendekatkan alat ke pasien.
Apakah tindakan selanjutnya pada kasus tersebut?
A. Memasang elektroda
B. Mengatur posisi pasien
C. Menyalakan mesin EKG
D. Melakukan perekaman jantung
E. Meminta pasien untuk tidak bergerak
Jawaban dan Pembahasan
Kunci Jawaban: A. Memasang elektroda dada
Pembahasan:
Kata kunci untuk menjawab pertanyaan ini adalah bahwa perawat akan melakukan pemeriksaan EKG dan sudah mendekatkan alat ke pasien. Langkah selanjutnya adalah memasang elektroda pada ekstremitas atas, bawah, dan daerah dada sesuai dengan Prosedur Operasional Standar (SPO) EKG. Ini adalah langkah penting sebelum melakukan perekaman jantung.
Referensi: PPNI (2021). Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan, Ed. 1. Jakarta: DPP PPNI.
Soal 12: Seorang perempuan berusia 84 tahun mengalami masalah jalan napas yang tidak efektif. Perawat telah mengajarkan teknik napas dalam, batuk efektif, menganjurkan minum air hangat, dan melakukan kolaborasi untuk pemberian obat pengencer dahak. Setelah tindakan ini dilakukan, kriteria hasil yang paling tepat untuk menilai apakah masalah jalan napas telah teratasi adalah:
A. Klien mengatakan “tidak batuk lagi”
B. Sputum tampak dapat dikeluarkan
C. Frekuensi napas membaik
D. Klien tampak tidak sesak
E. Tidak terjadi sianosis
Jawaban dan Pembahasan
Kunci Jawaban: C. Frekuensi napas membaik
Pembahasan:
Kata kunci dalam kasus ini adalah masalah jalan napas yang tidak efektif dan berbagai intervensi yang telah dilakukan seperti mengajarkan napas dalam, batuk efektif, menganjurkan minum air hangat, dan pemberian obat pengencer dahak. Kriteria hasil yang paling tepat untuk menilai keberhasilan intervensi dalam kasus ini adalah frekuensi napas membaik. Ini karena salah satu indikator keberhasilan perawatan jalan napas adalah peningkatan dalam frekuensi napas yang normal.
Referensi: PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP-PPNI.
Soal 13: Seorang perempuan berusia 46 tahun dirawat setelah menjalani operasi fiksasi fraktur (OREF). Pasien melaporkan nyeri pada tangan kanan yang meningkat saat melakukan aktivitas dan berkurang saat beristirahat. Nyeri yang dirasakan seperti tertusuk benda tajam dan bersifat hilang timbul. Data vital pasien adalah TD 130/90 mmHg, frekuensi nadi 90 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit, dan suhu 36,5°C.
Apa pengkajian tambahan yang perlu dilengkapi pada kasus ini?
A. Kaji skala nyeri
B. Kaji lokasi nyeri
C. Kaji frekuensi nyeri
D. Kaji durasi nyeri
E. Kaji faktor pencetus nyeri
Jawaban dan Pembahasan
Kunci Jawaban: A. Kaji skala nyeri
Pembahasan:
Kata kunci untuk pengkajian tambahan pada kasus ini mencakup:
- P (Paliatif atau Provocatif): Menunjukkan apa yang menyebabkan atau memperburuk nyeri, seperti fraktur post OREF dan nyeri yang bertambah saat melakukan aktivitas serta berkurang saat beristirahat.
- Q (Quality dan Quantity): Menggambarkan kualitas dan intensitas nyeri, misalnya nyeri yang dirasakan seperti tertusuk benda tajam.
- R (Region): Menunjukkan lokasi nyeri, seperti nyeri pada tangan kanan.
- S (Severity Scale): Mengukur tingkat keparahan nyeri. Ini adalah komponen yang masih perlu dilengkapi, karena menilai seberapa parah nyeri yang dirasakan pasien.
- T (Timing): Menunjukkan pola waktu nyeri, seperti nyeri yang hilang timbul.
Dengan kata lain, untuk melengkapi pengkajian nyeri pada pasien ini, penting untuk kaji skala nyeri untuk mengukur tingkat keparahan nyeri yang dialami oleh pasien.
Referensi: Kozier, B., Erb, G., Berwan, A.J., & Burke, K. (2008). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice. New Jersey: Prentice Hall Health.
Soal 14: Anak perempuan dibawa ibunya ke poliklinik tumbuh kembang untuk pemeriksaan. Berdasarkan tanggal lahir 24 Desember 2020, perawat akan melakukan screening perkembangan pada tanggal 20 November 2024. Berapakah usia anak pada tanggal tersebut?
A. 3 tahun 20 bulan 26 hari
B. 3 tahun 20 bulan 2 hari
C. 3 tahun 18 bulan 26 hari
D. 2 tahun 20 bulan 26 hari
E. 2 tahun 18 bulan 2 hari
Jawaban dan Pembahasan
Jawaban: A
Pembahasan:
Untuk menghitung usia anak pada tanggal 20 November 2024, dengan tanggal lahir 24 Desember 2020, ikuti langkah-langkah berikut:
- Hitung Tahun:
- Dari 24 Desember 2020 hingga 24 Desember 2023 adalah 3 tahun.
- Hitung Bulan dan Hari:
- Dari 24 Desember 2023 hingga 20 November 2024 adalah kurang dari 1 tahun, tepatnya 11 bulan.
- Dari 24 November hingga 20 November adalah 4 hari sebelum tanggal yang dihitung.
Perhitungan Lengkap:
- Dari 24 Desember 2020 ke 24 Desember 2023 = 3 tahun.
- Dari 24 Desember 2023 ke 20 November 2024 = 10 bulan dan 26 hari.
Jika hari lebih dari 16 hari, dikonversi menjadi bulan tambahan. Jadi, 26 hari dikonversi menjadi 1 bulan tambahan, sehingga totalnya adalah 3 tahun 21 bulan, atau 3 tahun dan 1 bulan lebih.
Kesimpulan:
Usia anak pada 20 November 2024 adalah 3 tahun 20 bulan 26 hari.
Referensi:
Silvestri, Linda Anne, Heru Supriyatno, Tri Anjaswarni. (2016). Uji Kompetensi DIII Keperawatan Indonesia bekerjasama dengan AIPViKI. Jakarta: Elsevier Inc.
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Soal 15: Seorang bayi perempuan berusia 4 tahun dibawa ibunya ke puskesmas karena mengalami diare selama 3 hari. Hasil pengkajian menunjukkan bayi rewel, mata cekung, haus, minum dengan lahap, cubitan kulit perut kembali lambat, dan suhu aksila 38,5ºC.
Bagaimana Anda mengklasifikasikan kondisi diare pada bayi tersebut?
A. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
B. Diare dengan dehidrasi berat
C. Diare dengan persisten berat
D. Diare tanpa dehidrasi
E. Diare persisten
Jawaban dan Pembahasan
Jawaban: A. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
Pembahasan:
Untuk mengklasifikasikan diare, pertimbangkan tanda-tanda dehidrasi yang muncul. Berikut adalah klasifikasi diare berdasarkan tanda-tanda dehidrasi:
- Dehidrasi Berat: Ditandai dengan dua atau lebih dari tanda berikut: letargis, mata cekung, tidak bisa minum atau malas minum, cubitan kulit perut kembali sangat lambat.
- Dehidrasi Ringan/Sedang: Ditandai dengan dua atau lebih dari tanda berikut: gelisah/rewel/mudah marah, mata cekung, haus dan minum dengan lahap, cubitan kulit perut kembali lambat.
- Tanpa Dehidrasi: Tidak terdapat tanda-tanda yang cukup untuk mengklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau ringan.
- Persisten Berat: Diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dan disertai dehidrasi.
- Persisten: Diare yang berlangsung lebih dari 14 hari tanpa dehidrasi.
- Desentri: Jika terdapat darah dalam tinja.
Pada kasus ini, bayi menunjukkan tanda-tanda gelisah, mata cekung, haus, minum dengan lahap, dan cubitan kulit perut kembali lambat. Ini mengindikasikan diare dengan dehidrasi ringan/sedang.
Demikianlah beberapa contoh soal ukom mahasiswa D3 Keperawatan, semoga bisa membantumu memberikan gambaran mengenai soal uji kompetensi yang akan muncul nantinya.
Jika terdapat kesalahan dalam penulisan atau dalam substansi soal, silahkan komen pada kolom komentar di bawah. Terima kasih.