Soal UKOM D3 Kebidanan Lengkap dengan Pembahasan

Salah satu cara untuk menguasai materi uji kompetensi adalah dengan tahu gambaran umum soal ukom d3 kebidanan itu sendiri. Maka dari itu kami disini akan share beberapa contoh soal uji kompetensi D3 Kebidanan yang akan muncul di Uji Kompetensi.

So, jadi simak sampai selesai ya soal-soalnya.

Contoh Soal Uji Kompetensi D3 Kebidanan Serta Pembahasannya

Soal 1: Seorang bayi laki-laki lahir normal dua hari yang lalu di RS, dengan berat badan 3000 gram dan panjang badan 49 cm. IMD tidak berhasil dilakukan. Pemeriksaan tidak menemukan kelainan kongenital, dan suhu tubuh bayi 37°C. Saat ini, sedang dilakukan pemeriksaan refleks dengan menyentuh bagian pipi bayi. Hasilnya, mulut bayi mengikuti arah jari tersebut. Refleks apa yang ditunjukkan oleh bayi dalam kasus ini?

A. Rooting
B. Grasping
C. Babinski
D. Sucking
E. Moro

Jawaban dan Pembahasan

Jawaban: A (Rooting)

Refleks rooting terjadi ketika pipi atau area sekitar mulut bayi disentuh atau dielus. Sebagai respons, bayi akan memutar kepalanya ke arah sentuhan tersebut, seolah-olah mencari sesuatu untuk dihisap. Refleks ini biasanya hilang saat bayi mencapai usia sekitar 3 hingga 4 bulan.

Soal 2: Seorang bayi perempuan berusia 3 hari dibawa ibunya ke PMB untuk pemeriksaan. Dari anamnesis didapatkan bayi tampak malas menyusu, tetapi BAB dan BAK lancar. Hasil pemeriksaan menunjukkan warna kuning pada wajah, leher, hingga pusat, dengan frekuensi jantung 110 x/menit, frekuensi napas 40 x/menit, dan suhu tubuh 37°C. Apakah diagnosis yang paling mungkin pada kasus ini?

A. Ikterus Fisiologis
B. Jaundice Patologis
C. Bayi Normal
D. Kern Ikterus
E. Letargi

Jawaban dan Pembahasan

Jawaban: A (Ikterus Fisiologis)

Tanda dan gejala ikterus fisiologis dapat meliputi:

Ikterus biasanya hilang dalam 10 hari pertama.

Letargi dan bayi tampak malas,

Sklera dan kulit bayi terlihat kuning,

Bayi yang tidak mau menyusu atau cenderung tidur terus-menerus,

Jika kulit ditekan selama beberapa detik, akan terlihat warna kekuningan,

Muncul pada hari ke-2 hingga ke-3,

Kadar bilirubin indirect setelah 2×24 jam tidak melebihi 15 mg% pada bayi cukup bulan dan 10 mg% pada bayi kurang bulan, dengan kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5 mg% per hari, dan kadar bilirubin direct tidak melebihi 1 mg%,

Soal 3: Seorang bayi laki-laki lahir spontan 2 jam yang lalu di rumah sakit dengan berat badan 2400 gram dan panjang badan 47 cm. Usia kehamilan 36 minggu. Hasil pemeriksaan menunjukkan frekuensi jantung 110x/menit, banyak lanugo, dan refleks belum sempurna. Apakah diagnosis yang paling mungkin pada kasus ini?

A. Immatur
B. Dismatur
C. Prematur
D. Postmatur
E. Matur

Jawaban dan Pembahasan

Jawaban: C (Prematur)

Jawaban yang tepat untuk kasus ini adalah prematur, karena usia kehamilan bayi adalah 36 minggu. Hal ini didukung oleh hasil pemeriksaan fisik yang menunjukkan karakteristik bayi prematur, seperti berat badan kurang dari 2500 gram dan panjang badan kurang dari 48 cm.

  • Matur: usia kehamilan 37-42 minggu.
  • Immatur: usia kehamilan 20-28 minggu.
  • Dismatur: berat badan bayi tidak sesuai dengan usia kehamilan.

Postmatur: usia kehamilan melebihi 42 minggu.

Soal 4: Seorang bayi laki-laki lahir 2 jam yang lalu di Puskesmas. Dari anamnesis didapatkan bayi menyusu dengan baik, buang air kecil lancar, dan buang air besar 3 kali sehari. Hasil pemeriksaan menunjukkan berat badan lahir 2400 gram, panjang badan 49 cm, suhu 36°C, frekuensi jantung 120x/menit, refleks hisap kuat, dan tidak ditemukan kelainan fisik. Asuhan apa yang sebaiknya diberikan kepada bayi ini?

A. Lakukan perawatan metode kanguru
B. Letakkan di bawah lampu
C. Berikan infus dekstrose
D. Berikan antibiotik
E. Rujuk segera

Jawaban dan Pembahasan

Jawaban: A

Bayi ini termasuk dalam kategori berat badan lahir rendah, tetapi hasil pemeriksaan fisiknya dalam batas normal. Untuk mencegah komplikasi seperti hipotermia, sebaiknya dilakukan perawatan metode kanguru. Jika bayi diletakkan di bawah lampu, kehangatannya kurang terkontrol dan tidak memberikan manfaat psikologis bagi ibu dan bayi. Pemberian infus dekstrose tidak diperlukan karena bayi tidak mengalami hipoglikemia, dan antibiotik tidak diindikasikan. Opsi untuk merujuk bayi juga tidak tepat karena tidak ada indikasi untuk rujukan, sebagaimana ditunjukkan oleh hasil pemeriksaan fisik yang normal dan refleks hisap yang kuat.

Referensi:
Dr. Ita Rahmawati, S.Si.T, M.Kes dkk. 2022. Pengantar Asuhan Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir, dan Pelayanan KB. Manggu Makmur Tanjung Lestari.

Soal 5: Seorang bayi perempuan lahir 1 jam yang lalu di Praktik Bidan Mandiri dan telah dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Hasil pemeriksaan menunjukkan berat badan 3300 gram, panjang badan 52 cm, suhu 37°C, tangisan kuat, gerakan ekstremitas aktif, dan kulit berwarna kemerahan.

Rencana tindakan prioritas apa yang paling tepat untuk kasus ini?

A. Pemeriksaan fisik bayi
B. Berikan identitas pada bayi
C. Berikan suntikan Vitamin K1
D. Menyuntikkan imunisasi Hb0
E. Lakukan pengukuran antropometri

Jawaban dan Pembahasan

Jawaban: C

Setelah IMD selesai dilakukan, langkah berikutnya dalam penatalaksanaan bayi baru lahir adalah memberikan Vitamin K1. Pemeriksaan fisik dan antropometri sudah dilakukan, namun pemberian Vitamin K1 dan tetes mata belum diberikan.

Prosedur penatalaksanaan bayi baru lahir meliputi:

  • Membersihkan jalan napas.
  • Memotong dan merawat tali pusat.
  • Mempertahankan suhu tubuh bayi agar tidak terjadi hipotermia.
  • Memberikan rangsangan taktil.
  • Inisiasi menyusu dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif.
  • Merawat bayi bersama ibu (rawat gabung).
  • Memberikan Vitamin K1: 1 mg IM di paha kanan.
  • Merawat mata bayi (dengan salep mata seperti tetrasiklin 1%, kloramfenikol 1%, atau eritromisin 0,2% untuk mencegah oftalmia neonatorum).
  • Memberikan identifikasi pada bayi baru lahir.
  • Pemberian imunisasi hepatitis B0: 0,5 cc IM di paha kiri dan vaksin polio oral 2 tetes saat akan pulang.

Referensi: Dr. Ita Rahmawati, S.Si.T, M.Kes, dkk. 2023. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. EDULITERA.

Soal 6: Seorang bayi perempuan lahir secara spontan di Puskesmas 5 menit yang lalu. Dari anamnesis, diketahui ibu memiliki usia kehamilan 42 minggu, riwayat mengonsumsi jamu, dan tidak rutin melakukan antenatal care. Hasil pemeriksaan fisik bayi menunjukkan bahwa bayi tidak langsung menangis, kulit kemerahan, gerakan bayi lemah, tangisan merintih, dan suhu 36°C. Apa penatalaksanaan awal yang harus dilakukan bidan sesuai dengan kasus ini?

A. Keringkan bayi
B. Atur posisi bayi
C. Jaga kehangatan bayi
D. Lakukan IMD selama 1 jam
E. Hisap lendir dari mulut dan hidung bayi

Jawaban dan Pembahasan

Kunci Jawaban: C. Jaga Kehangatan

Pembahasan:
Penanganan bayi yang mengalami asfiksia (kondisi di mana bayi tidak mendapatkan cukup oksigen saat lahir) memerlukan tindakan cepat untuk mencegah kerusakan organ serius. Berikut adalah langkah-langkah rinci dalam penanganan asfiksia neonatus:

  1. Penilaian Segera Setelah Lahir
  • Evaluasi Cepat: Segera setelah lahir, periksa pernapasan, denyut jantung, dan tonus otot bayi.
    • Pernapasan: Apakah bayi bernapas atau menangis?
    • Denyut Jantung: Apakah denyut jantung di atas 100 bpm?
    • Tonus Otot: Apakah bayi bergerak aktif atau tonus ototnya baik?
  1. Langkah-Langkah Resusitasi
  • Stabilisasi (0-30 Detik Pertama)
    • Hangatkan: Keringkan bayi, buang kain basah, dan bungkus dengan kain hangat untuk menjaga suhu tubuh.
    • Posisikan Jalan Napas: Posisikan bayi dengan kepala sedikit ekstensi (posisi “menghidu”) untuk membuka jalan napas.
    • Hisap Lendir: Jika ada obstruksi jalan napas, hisap lendir dari mulut dan hidung bayi dengan hati-hati.
  • Ventilasi (30 Detik Berikutnya)
    • Ventilasi Tekanan Positif: Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap-megap (gasping), mulai ventilasi tekanan positif (bag-mask ventilation) dengan oksigen 100%.
    • Frekuensi: 40-60 napas per menit.
    • Evaluasi: Setelah 30 detik ventilasi, evaluasi kembali denyut jantung dan pernapasan bayi.
  • Kompresi Dada (Jika Diperlukan)
    • Kompresi Dada: Jika denyut jantung tetap di bawah 60 bpm meskipun sudah dilakukan ventilasi selama 30 detik, mulai kompresi dada.
    • Teknik: Gunakan dua ibu jari pada tulang dada bayi, dengan tangan memegang dada dari samping.
    • Rasio: Lakukan 3 kompresi diikuti 1 ventilasi (rasio 3:1), dengan sekitar 90 kompresi dan 30 ventilasi per menit.
  • Pemberian Oksigen
    • Konsentrasi Oksigen: Gunakan konsentrasi oksigen yang sesuai, mulai dari 21% untuk bayi cukup bulan dan tingkatkan sesuai kebutuhan.
    • Pemantauan: Pantau terus saturasi oksigen menggunakan oksimeter denyut yang ditempatkan pada tangan kanan bayi.

Dengan mempertimbangkan semua langkah penatalaksanaan, jawaban paling tepat adalah C. Jaga kehangatan.

Referensi: Nurhasiyah, S. (2017). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah.

Soal 7: Seorang perempuan berusia 25 tahun, P1A0, datang ke Puskesmas untuk memeriksakan tumbuh kembang anaknya. Dari anamnesis diketahui anak berusia 2 tahun dan sudah bisa berjalan serta berlari. Hasil pemeriksaan menunjukkan berat badan 12 kg, panjang badan 80 cm, dan frekuensi napas 100x/menit. Indikator perkembangan motorik kasar apa yang sesuai dengan screening KPSP untuk kasus ini?

A. Mampu berjalan mundur
B. Mampu berjalan dengan cepat
C. Mampu berdiri sendiri tanpa berpegangan
D. Mampu menggenggam 2 mainan di tangan
E. Mampu mengangkat kepala saat tengkurap

Jawaban dan Pembahasan

Kunci Jawaban: A. Mampu Berjalan Mundur

Pembahasan:
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) untuk anak usia 2 tahun mengevaluasi beberapa indikator perkembangan motorik kasar yang melibatkan koordinasi otot besar dan keseimbangan. Berikut adalah indikator perkembangan motorik kasar pada KPSP untuk anak usia 2 tahun:

  • Mampu Berjalan Mundur: Anak dapat berjalan mundur beberapa langkah tanpa terjatuh.
  • Mampu Berjalan Naik Tangga: Anak dapat naik tangga dengan bantuan, seperti memegang tangan orang dewasa atau pegangan tangga.
  • Mampu Berlari dengan Stabil: Anak dapat berlari tanpa sering terjatuh atau kehilangan keseimbangan.

Dengan mempertimbangkan indikator-indikator tersebut, jawaban yang tepat adalah A. Mampu Berjalan Mundur.

Referensi: Nurhasiyah, S. (2017). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah.

Soal 8: Seorang perempuan berusia 20 tahun, G1P0A0, hamil 39 minggu datang ke rumah sakit dengan keluhan perut mulas-mulas dan keluar lendir bercampur darah. Dari anamnesis, rasa mules dirasakan sejak 5 jam yang lalu dan semakin sering. Hasil pemeriksaan menunjukkan: kondisi umum baik, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 88x/menit, tinggi fundus uteri (TFU) 30 cm, kepala sudah masuk PAP 2/5, kontraksi 3x/10’/40”, denyut jantung janin (DJJ) 130x/menit teratur, portio lunak tipis, pembukaan serviks 8 cm, selaput ketuban positif, presentasi kepala, ujung uterus ke depan, dan penurunan H III.

Diagnosis apa yang tepat untuk kasus ini?

a. Inpartu kala I fase laten
b. Inpartu kala I fase aktif
c. Inpartu kala I fase aktif akselerasi
d. Inpartu kala I fase aktif deselerasi
e. Inpartu kala I fase aktif dilatasi maksimal

Jawaban dan Pembahasan

Kata kunci:
Kontraksi 3x/10’/40”, DJJ 130x/menit, PD: portio lunak tipis, pembukaan serviks 8 cm, selaput ketuban positif

Pembahasan:
Kala satu persalinan dibagi menjadi dua fase utama: fase laten dan fase aktif.

  • Fase Laten: Merupakan periode awal persalinan di mana terjadi pembukaan serviks secara progresif dari mulai kontraksi muncul hingga pembukaan 3 cm.
  • Fase Aktif: Dimulai setelah fase laten, yaitu dari pembukaan serviks 4 cm hingga mencapai 10 cm atau akhir kala I persalinan.

Di dalam fase aktif, terdapat subfase percepatan, yaitu fase dimana pembukaan serviks terjadi dengan cepat, dari 4 cm hingga mendekati 9 cm (dilatasi maksimal).

Berdasarkan informasi yang diberikan, dengan pembukaan serviks 8 cm, fase persalinan ini termasuk dalam fase aktif, mendekati dilatasi maksimal.

Jawaban: e. Inpartu kala I fase aktif dilatasi maksimal

Soal 9: Seorang perempuan berusia 21 tahun, G1P0A0, hamil 39 minggu datang ke Klinik Bersalin dengan keluhan perut mulas-mulas dan keluar lendir bercampur darah. Dari anamnesis diketahui bahwa rasa mules dirasakan sejak 5 jam yang lalu dan semakin sering. Hasil pemeriksaan menunjukkan: kondisi umum baik, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 88x/menit, tinggi fundus uteri (TFU) 32 cm, kepala sudah masuk 2/5, kontraksi 4x/10’/45”, denyut jantung janin (DJJ) 130x/menit teratur, portio lunak tipis, pembukaan serviks 8 cm, selaput ketuban positif, presentasi kepala, dan penurunan HIII.

Asuhan apa yang paling tepat untuk kasus ini?

a. Anjurkan tidur miring ke kiri
b. Fasilitasi pemenuhan nutrisi
c. Anjurkan untuk mobilisasi
d. Ajarkan teknik meneran
e. Ajarkan teknik relaksasi

Jawaban dan Pembahasan

Kata kunci:
Hamil 39 minggu, perut mules, pembukaan serviks 8 cm, selaput ketuban positif

Pembahasan:
Mobilisasi selama proses persalinan dapat meningkatkan pengalaman ibu dan memperbaiki prognosis persalinan. Aktivitas seperti berjalan di sekitar ruangan, mengganti posisi, atau menggerakkan tubuh dapat memberikan manfaat, seperti:

  • Meningkatkan efektivitas kerja uterus
  • Memperpendek durasi persalinan
  • Mengurangi risiko memburuknya kondisi janin
  • Mengurangi kebutuhan analgesia farmakologis
  • Menurunkan penggunaan oksitosin
  • Mengurangi kemungkinan kelahiran operatif

Dengan kondisi kehamilan 39 minggu, perut mules, dan pembukaan serviks 8 cm dengan selaput ketuban positif, anjuran mobilisasi adalah pilihan yang tepat.

Jawaban: C. Anjurkan untuk mobilisasi

Soal 10: Seorang perempuan berusia 20 tahun datang ke bidan dengan keluhan terlambat haid selama 2 minggu, serta mual dan muntah setiap pagi, pusing, dan tidak ada nafsu makan. Hasil pemeriksaan menunjukkan tekanan darah 100/60 mmHg, suhu 36,5°C, nadi 84x/menit, conunctiva tidak pucat, tinggi fundus uteri (TFU) belum teraba, dan hasil tes kehamilan positif. Bidan memberikan obat anti-mual dan vitamin, namun pasien meminta suntikan. Bidan kemudian menjelaskan bahwa kondisi yang dialami ibu adalah hal yang normal.

Sikap bidan pada kasus di atas sesuai dengan filosofi asuhan kehamilan yang mana?

a. Perlu dukungan keluarga
b. Kehamilan adalah proses yang alamiah
c. Dapat dilakukan sesuai kemauan si ibu
d. Semua asuhan adalah tanggung jawab bidan
e. Pasien berhak menentukan pilihannya

Jawaban dan Pembahasan

Dalam filosofi asuhan kehamilan, beberapa keyakinan utama yang membimbing pelayanan adalah sebagai berikut:

  • Kehamilan adalah Proses Alamiah: Kehamilan dianggap sebagai proses alami dan normal dalam kehidupan wanita.
  • Kesinambungan Pelayanan: Asuhan kehamilan menekankan pentingnya kesinambungan pelayanan, yaitu memberikan perawatan yang konsisten dan berkesinambungan.
  • Pelayanan Terpusat pada Wanita dan Keluarga: Asuhan kehamilan harus fokus pada kebutuhan wanita hamil dan melibatkan keluarga dalam proses perawatan.
  • Penghargaan Terhadap Hak Ibu Hamil: Asuhan kehamilan menghargai hak ibu untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan memperoleh pengetahuan serta pengalaman terkait kehamilannya.

Berdasarkan filosofi ini, sikap bidan yang menjelaskan bahwa kondisi yang dialami ibu adalah hal yang normal, dan memberikan asuhan yang sesuai dengan keadaan alami kehamilan, adalah sejalan dengan filosofi bahwa kehamilan adalah proses yang alamiah.

Jawaban: b. Kehamilan adalah proses yang alamiah

Bagaimana apakah sudah mendapatkan gambaran tentang soal uji kompetensi yang akan muncul nanti di UKOM D3 Kebidana?

Jika terdapat kesalahan pada soal ataupun pembahasan silahkan komen di kolom komentar. Terima kasih

Leave a Comment